KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena kasih dan
berkat-Nya senantiasa mengalir dalam setiap perjalanan kehidupan penulis hingga
sampai pada saat ini, penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak kendala dan
hambatan yang dihadapi, namun berkat bantuan, dorongan serta bimbingan dari
berbagai pihak akhirnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis
mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu penyusunan
makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi setiap pembacanya.
Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
BAB
I
PENDAHULUAN
Di jaman yang serba modern ini semua kegiatan didominasi
dengan berbagai macam peralatan teknologi yang cangih. saat ini banyak
tenaga professional yang dibutuhkan dalam suatu perusahaan mampu bertahan dan
bersaing, sehingga perusahaan memerlukan sumber daya manusia yang sangup
menguasai teknologi dengan cepat, adaptif, dan responsip terhadap
perubahan-perubahan teknologi dan agar mampu mendayagunakan alat teknologi
tersebut.
Meskipun perusahaan sudah menggunakan teknologi secara keseluruan namun
perusahaan kurang sempurna jika tidak ditunjang dengan sumber daya manusia yang
handal, sehingga sumber
daya manusia merupakan investasi sumber daya ekonomi
yang paling berharga selain itu sumber daya manusia merupakan sumber yang
berperan aktif terhadap jalannya suatu organisasi dan proses pengambilan
keputusan. Sehingga ancaman terbesar terhadap stabilitas ekonomi adalah
angkatan kerja yang tidak siap untuk menghadapi tantangan-tantangan maupun
perubahan yang terjadi. apabila sumber daya manusia tidak sanggup maka sumber
daya manusia tersebut merasa terbebani dalam bekerja sehingga etos kerja mereka
menjadi rendah. sehingga diperlukan sebuah upaya yang mampu mengatasi masalah
tersebut.
pemerintah berupaya agar sumber daya yang dimiliki mampu menjadi sumber daya
manusia yang professional sehingga mampu diandalkan dalam perusahaan atau
industry.
Pengembangan SDM
tujuannya untuk meningkatkan kualitas profesionalisme dan ketrampilan para
karyawan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal. Dengan
mengembangkan kecakapan karyawan dimaksudkan sebagai setiap usaha dari pimpinan
untuk menambah keahlian kerja tiap karyawan sehingga di dalam melaksanakan
tugas-tugasnya dapat lebih efisien dan produktif.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
dan Fungsi Wawancara
Salah satu metode pengumpulan data ialah dengan cara
wawancara yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada
responden. Wawancara adalah salah satu bagian yang terpenting dari setiap
survey, tanpa wawancara, peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat
diperoleh dengan jalan bertanya langsung kepada responden. (Masri S dan Sofian
Effendi, 1995 :192).
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban
atas pertanyaan tersebut. (Lexy J, 2006 :186).
Tujuan mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh
Lincoln dan guba (1985:266), antara lain: mengkontruksi mengenai orang,
kejadian, organisasi, perasaan, motivasi serta memverifikasi, mengubah dan
memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan
anggota.
Fungsi wawancara pada dasarnya dapat digolongkan
kedalam tiga golongan besar
1. sebagai metode primer.
1. sebagai metode primer.
2.
sebagai metode pelengkap.
3.
sebagai kriterium.
Apabila wawancara dijadikan satu-satunya alat
pengumpulan data, atau sebagai metode diberi kedudukan yang utama dalam
serangkaian metode-metode pengumpulan data lainnya, ia akan memiliki ciri
sebagai metode primer.
Sebaliknya
jika ia digunakan sebagai alat untuk mencari informasi-informasi yang tidak
dapat diperoleh dengan cara lain, ia akan menjadi metode perlengkap.
Pada saat-saat tertentu metode wawancara digunakan
orang untuk menguji kebenaran dan kemantapan suatu datum yang telah diperoleh
dengan cara lain, seperti observasi, test, kuesioner dan sebagainya. Digunakan
untuk keperluan semacam itu metode wawancara akan menjadi batu pengukur atau
kriterium.
Dalam tiga golongan fungsi itu tidak implicit bahwa
golongan yang satu mempunyai harga yang lebih tinggi dari yang lain. Sebagai
metode primer wawancara mengemban tugas yang sangat penting. Sebagai pelengkap
metode wawancara menjadi sumber informasi yang sangat berharga, dan sebagai
kriterium ia menjadi alat yang memberikan pertimbangan yang memutuskan. Ditinjau
dari segi itu adanya tiga fungsi pokok itu justru memperlihatkan bahwa
interview merupakan suatu metode yang serba guna.
B.
Observasi
Istilah observasi berasal dan bahasa Latin yang
berarti ”melihat” dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan
memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan
mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi
menjadi bagian dalam penelitian berbagai disiplin ilmu, baik ilmu eksakta
maupun ilmu-ilmu sosial, Observasi dapat berlangsung dalam konteks
laboratoriurn (experimental) maupun konteks alamiah.
Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk
mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau
sebagai alat re-checkingin atau pembuktian terhadap informasi / keterangan yang
diperoleh sebelumnya.Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki secara sistematik.
Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada
pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pengamatan tidak langsung misalnya melalui questionnaire dan tes.
a.
Tujuan Observasi
Pada dasarnya observasi bertujuan untuk
mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung,
orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dan
perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi
harus kuat, faktual, sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai hal yang
tidak relevan.
Observasi perlu dilakukan karena beberapa alasan,
yaitu:
1. Memungkinan untuk mengukur
banyak perilaku yang tidak dapat diukur dengan menggunakan alat ukur psikologis
yang lain (alat tes). Hal ini banyak terjadi pada anak-anak.
2. Prosedur Testing Formal
seringkali tidak ditanggapi serius oleh anak-anak sebagaimana orang dewasa,
sehingga sering observasi menjadi metode pengukur utama.
3. Observasi dirasakan lebih mudah
daripada cara peugumpulan data yang lain. Pada anak-anak observasi menghasilkan
informasi yang lebih akurat daripada orang dewasa. Sebab, orang dewasa akan
memperlihatkan perilaku yang dibuat-buat bila merasa sedang diobservasi.
Tujuan observasi bagi seorang psikolog pada dasarnya
adalah sebagai berikut :
1. Untuk keperluan asesmen awal dilakukan di luar
ruang konseling, misalnya: ruang tunggu, halaman, kelas, ruang bermain.
2. Sebagai dasar/titik awal dari kemajuan klien.
Dari beberapa kali pertemuan psikolog akan mengetahui kemajuan yang dicapai
klien.
3. Bagi anak-anak, untuk mengetahui perkembangan
anak-anak pada tahap tertentu.
4. Digunakan dalam memberi laporan pada orangtua,
guru, dokter, dan lain-lain.
5. Sebagai informasi status anak/remaja di sekolah
untuk keperluan bimbingan dan konseling.
b.
Teknik Observasi
Ada
tiga jenis teknik pokok dalam observasi yang masing-masing umumnya cocok untuk
keadaan-keadaan tertentu, yaitu:
1.
Observasi Partisipan
Suatu observasi
disebut observasi partisipan jika orang yang rnengadakan observasi (observer)
turut ambil bagian dalam perikehidupan observer. Jenis teknik observasi
partisipan umumnya digunakan orang untuk penelitian yang bersifat eksploratif.
Untuk menyelidiki satuan-satuan sosial yang besar seperti masyarakat suku
bangsa karena pengamatan partisipatif memungkinkankan peneliti dapat berkomunikasi
secara akrab dan leluasa dengan observer, sehingga memungkinkan untuk bertanya
secara lebih rinci dan detail terhadap hal-hal yang akan diteliti.
Beberapa
persoalan pokok yang perlu mendapat perhatian yang cukup dan seorang
participant observer adalah sebagai berikut:
a.
Metode Observasi
Persoalan
tentang metode observasi sama sekali tidak dapat dilepaskan dari scope dan
tujuan penelitian yang hendak diselenggarakan. Observer perlu memusatkan
perhatiannya pada apa yang sudah diterangkan dalam pedoman observasi
(observation guide) dan tidak terlalu insidental dalam observasi-observasinya.
b. Waktu
dan Bentuk Pencatatan
Masalah
kapan dan bagaimana mengadakan pencatatan adalah masalah yang penting dalam
observasi partisipan. Sudah dapat dipastikan bahwa pencatatan dengan segera
terhadap kejadian-kejadian dalam situasi interaksi merupakan hal yang terbaik.
c.
Pencatatan
Pencatatan
on the spot akan mencegah pemalsuan ingatan karena terbatasnya ingatan. Jika
pencatatan on the spot tidak dapat dilakukan, sedangkan kelangsungan situasi
cukup lama, maka perlu dijalankan pencatatan dengan kata-kata kunci. Akan
tetapi pencatatan semacam ini pun harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak
menarik perhatian dan tidak menimbulkan kecurigaan. Pencatatan dapat dilakukan,
misalnya pada kertas-kertas kecil atau pada kertas apa pun yang kelihatannya
tidak berarti.
d.
Intensi dan Ekstensi Partisipasi
Seacara
garis besar, partisipasi tidaklah sama untuk semua penelitian dengan observasi
partisipan ini. Peneliti dapat mengambil partisipasi hanya pada beberapa
kegiatan sosial (partial participation), dan dapat juga pada semua
kegiatan(full particiration). Dan, dalam tiap kegiatan itu penyelidik dapat
turut serta sedalam-dalamnya (intensive participation) atau secara minimal (surface
participation). Hal ini tergantung kepada situasi.
Dalam
observasi partisipan, observer berperan ganda yaitu sebagai pengamat sekaligus
menjadi bagian dan yang diamati. Sedangkan dalam observasi nonpartisipan,
observer hanya memerankan diri sebagai pengamat. Perhatian peneliti terfokus
pada bagaimana mengamati, merekam, memotret, mempelajari, dan mencatat tingkah
laku atau fenomena yang diteliti. Observasi nonpartisipan dapat bersifat
tertutup, dalam arti tidak diketahui oleh subjek yang diteliti, ataupun terbuka
yakni diketahui oleb subjek yang diteliti.
2.
Observasi Sistematik
Observasi sistematik biasa disebut juga observasi
berkerangka atau structured observation. Ciri pokok dari observasi ini adalah
kerangka yang memuat faktor-faktor yang telah di atur kategorisasinya lebih
dulu dan ciri-ciri khusus dari tiap-tiap faktor dalam kategori-kategori itu.
a. Materi
Observasi
Isi
dan luas situasi yang akan diobservasi dalarn observasi sistematik umumnya
lebih terbatas. Sebagai alat untuk penelitian desicriptif, peneliti
berlandaskan pada perumusan-perumusan yang lebih khusus. Wilayah atau scope
observasinya sendiri dibatasi dengan tegas sesuai dengan tujuan dan penelitian,
bukan situasi kehidupan masyarakat seperti pada observasi partisipan yang
umumnya digunakan dalam penelitian eksploratif.
Perumusan-perurnusan
masalah yang hendak diselidikipun sudah dikhususkan, misalnya hubungan antara
pengikut, kerjasama dan persaingan, prestasi be1aar, dan sebagainya. Dengan
begitu kebebasan untuk memilih apa yang diselidiki sangat terbatas. Ini
dijadikan ciri yang membedakan observasi sistematik dan observasi partisipan.
b.
Cara-Cara Pencatatan
Persoalan-persoalan
yang telah dirumuskan secara teliti memungkinkan jawaban-jawaban, respons, atau
reaksi yang dapat dicatat secara teliti pula. Ketelitian yang tinggi pada
prosedur observasi inilah yang memberikan kemungkinan pada penyelidik untuk
mengadakan “kuantifikasi” terhadap hasil- hasil penyelidikannya. Jenis-jenis
gejala atau tingkah laku tertentu yang timbul dapat dihitung dan ditabulasikan.
Ini nanti akan sangat memudahkan pekerjaan analisis hasil.
3. Observasi
Eksperimental
Observasi dapat dilakukan dalam lingkup
alamiah/natural ataupun dalam lingkup experimental. Dalam observasi alamiah
observer rnengamati kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa dan
perilaku-perilaku observe dalam lingkup natural, yaitu kejadian, peristiwa,
atau perilaku murni tanpa adanya usaha untuk menguntrol.
Observasi
eksperimental dipandang sebagai cara penyelidikan yang relatif murni, untuk
menyeidiki pengaruh kondisi-kondisi tertentu terhadap tingkah laku manusia.
Sebab faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkah laku observee telah
dikontrol secermat-cermatnya, sehingga tinggal satu-dua faktor untuk diamati
bagaimana pengaruhnya terhadap dimensi-dimensi tertentu terhadap tingkah laku.
Ciri-ciri
penting dan observasi eksperimental adalah sebagai berikut :
• Observer dihadapkan pada situasi perangsang yang
dibuat seseragam mungkin untuk semua observee.
• Situasi dibuat sedemikian rupa, untuk memungkinkan
variasi timbulnya tingkah laku yang akan diamati oleh observee.
• Situasi dibuat sedemikian rupa, sehingga observee
tidak tahu maksud yang sebenannya dan observasi.
• Observer, atau alat pencatat, membuat
catatan-catatan dengan teliti mengenai cara-cara observee mengadakan aksi
reaksi, bukan hanya jumlah aksi reaksi semata.
BAB
III
PENUTUP
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban
atas pertanyaan tersebut. (Lexy J, 2006 :186).
Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk
mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau
sebagai alat re-checkingin atau pembuktian terhadap informasi / keterangan yang
diperoleh sebelumnya.Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki secara sistematik.
Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada
pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pengamatan tidak langsung misalnya melalui questionnaire dan tes.
DAFTAR
RUJUKAN
Siagian,
sondang p. Manajemen Sumber Daya Manusia.Jakarta:
Bumi Aksara, 2007
Sutrisno,
edi. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Kencana, 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar