PERAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN MUTU SERTA
KUALITAS PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN YANG RELEVAN.
Revolusi teknologi, khususnya
komputer dan internet, saat ini telah mengubah cara pandang dan berpikir pada
masyarakat dunia. Kini orang makin berpikir praktis dan efektif. Begitu
juga di bidang pendidikan. Kini kita berada di era teknologi informasi
dan komunikasi, dimana kecepatan penyampaian dan menangkap suatu informasi
menjadi sangat penting dalam rangka memajukan pendidikan. Pada era masyarakat
yang dinamis ini, kita perlu melakukan langkah persiapan secara optimal. Kita
sudah berada di sekitar teknologi mobile, serba nir–kabel, semua menuntut
multimedialitas. Siap atau tidak pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK/ICT) harus dimulai dari sekarang.
Pendayagunaan TIK di sekolah
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan bahan ajar yang dikemas
dalam bentuk media berbasis ICT dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
Bersamaan dengan itu, pada generasi e–learning ini, kesadaran masyarakat
terhadap pembelajaran menggunakan TIK akan semakin besar. Saat ini
jugalah waktu yang tepat untuk merangsang masyarakat agar
menggunakan teknologi dalam upaya pengembangan sumber daya manusia. Oleh karena
itu, perlu terus ditumbuhkan kesadaran masyarakat untuk lebih memberi perhatian
pada peningkatan kuantitas dan kualitas media pembelajaran berbasis ICT dan
pemanfaatannya.
Di Indonesia, pendidikan telah
memasuki era baru. Suatu upaya mengubah paradigma pendidikan di Indonesia
tengah bergulir. Salah satu faktor yang akan menjadi sarana penggerak perubahan
adalah teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Berbeda dengan paradigma lama
yang memandang peserta didik sebagai objek, maka dengan paradigma baru
siswa dan guru sama-sama bertindak
sebagai subjek. Pembelajaran menggunakan TIK, menjadikan sumber ilmu pengetahuan menjadi tidak terbatas. Setiap siswa dapat aktif mencari sumber ilmu pengetahuan lain selain guru dan buku.
sebagai subjek. Pembelajaran menggunakan TIK, menjadikan sumber ilmu pengetahuan menjadi tidak terbatas. Setiap siswa dapat aktif mencari sumber ilmu pengetahuan lain selain guru dan buku.
Implementasi TIK di dunia pendidikan
telah menjadi perhatian dunia internasional. World Summit on The Information
Society (WSIS) yang diprakarsai International Telecommunication Union (ITU),
membuat standar TIK pendidikan, untuk diterapkan selambat-lambatnya tahun
2015. Standar tersebut antara lain, 50 persen lembaga pendidikan serta pusat
studi dan penelitian telah terhubung dengan TIK, sedangkan tingkat e-literacy
masyarakat sekurang-kurangnya 50 persen.
Kondisi Pendidikan Nasional
Sebagaimana diketahui bahwa
Pendidikan Nasional masih memiliki kendala, antara lain adalah masih rendahnya
pemerataan dan akses pendidikan, masih rendahnya mutu, relevansi dan daya saing
pendidikan, dan masih lemahnya tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan
publik. Untuk itu Departemen Pendidikan Nasional telah merumuskan tiga pilar
kebijakan pembangunan pendidikan, yaitu: (1) Peningkatan pemerataan dan
perluasan akses pendidikan (2) Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing
pendidikan, dan (3) Penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik
pengelolaan pendidikan.
Data (tahun 2006) menunjukkan,
jumlah Guru TK yang memenuhi kualifikasi S1 hanya 4% dari 137.069 guru.
Guru SLB sebanyak 47% dari 8304 guru, guru SD sebanyak 8 %
dari 1.234.927 guru, guru SMP sebanyak 42 % dari 466 728
guru, guru SMA sebanyak 73 % dari 230.114 guru, dan guru SMK sebanyak
147.559 guru (64 %).
Secara rata-rata jumlah
guru yang memenuhi kualifikasi adalah 25 % dari 2.224.721. Dari data
tersebut, jumlah guru yang belum memenuhi kualifikasi S1 sekitar 75 %, dari
total guru yang ada. Usaha peningkatan kualifikasi ini, bila ditempuh dengan
cara-cara yang konvensional, dan hanya mengikuti daya tampung perguruan tinggi,
maka akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Untuk itu perlu ditempuh
cara yang inovatif melalui pendayagunaan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) atau (ICT) untuk pendidikan.
Profil pemanfaatan ICT di
Indonesia masih tergolong rendah bila dilihat dari dari
komponen sebagai berikut; penggunaan internet per 1000 orang hanya
52, kepemilikan PC per 1000 orang adalah 19, pelanggan broadband per 1000 orang
0,3, sambungan telepon per 1000 orang adalah 46, pelanggan seluler per 1000
orang adalah 141, dan rumah tangga (Household) dengan TV sebanyak 66 %..
Sementara itu perkembangan ICT untuk
pendidikan di dunia berkembang cukup pesat. Ini semua mau tidak mau, suka tidak
suka, di manapun, kapanpun, dan dalam kondisi memaksa kita harus menggunakan ICT.
Penggunaan ICT harus dilakukan sebijak mungkin, sesmart mungkin, agar ICT dapat
membantu pendidikan baik dari segi akses, peningkatan mutu maupun tata kelola
pendidikan.
Definisi Teknologi Pendidikan
Sebelum kita membahas tentang
peran teknologi pendidikan dalam peningkatan akses, mutu dan relevansi
pendidikan, ada baiknya disajikan dulu tentang definisi teknologi
pendidikan/pembelajaran. Definisi teknologi pendidikan/pembelajaran berkembang
seiring dengan perkembangan pendidikan dan perkembangan teknologi itu sendiri.
Berikut ini beberapa definisi dari tahun ke tahun sampai yang terkini :
A systematic way of designing, implementing, and evaluating the total process of of learning and teaching in terms of specific objectives, based on research in human learning and communication and employing a combination of human and non human resources to bring about more effective instruction (Commission on Instructional Technology, 1970)
A systematic way of designing, implementing, and evaluating the total process of of learning and teaching in terms of specific objectives, based on research in human learning and communication and employing a combination of human and non human resources to bring about more effective instruction (Commission on Instructional Technology, 1970)
Educational technology is a field
involved in the facilitation of human learning through the systematic
identification, development, organization and utilization of full range of
learning resources and through the management of these process (AECT,
1972)
Instructional technology is the
research in and application of behavioral science and learning theories and the
use of a systems approach to analyze, design, develop, implement, evaluate and
manage the use of technology to assist in the solving of learning or
performance problems. The term instructional technology is often used interchangeably
with the term educational technology, but instructional technology often has
more emphasis on the scientific and systems approach of instructional problem
solving while educational technology focuses more on the craft or art of using
technology to support learning
“a systematic way of designing, implementing and evaluating the total process of learning and teaching in terms of specific objectives, based on research in human learning and communication and employing a combination of human and non-human resources to bring about more effective instruction” (U.S. Commission on Instructional Technology definition).
“a systematic way of designing, implementing and evaluating the total process of learning and teaching in terms of specific objectives, based on research in human learning and communication and employing a combination of human and non-human resources to bring about more effective instruction” (U.S. Commission on Instructional Technology definition).
Educational technology is the study
and ethical practice of facilitating learning and improving performance by
creating, using, and managing appropriate technological processes and resources
(AECT, 2004)
Berdasarkan definisi-definisi di
atas dapat disimpulkan bahwa:
- Teknologi pendidikan/teknologi pembelajaran adalah suatu disiplin/bidang (field of study)
- Tujuan utama teknologi pembelajaran adalah (1) untuk memecahkan masalah belajar atau memfasilitasi pembelajaran; dan (2) untuk meningkatkan kinerja
- Teknologi pendidikan/pembelajaran menggunakan pendekatan system (pendekatan yang holistic/komprehensif, bukan pendekatan yang bersifat parsial).
- Kawasan teknologi pendidikan dapat meliputi kegiatan analisis, desain, pengembangan, pemanfaatan,pengelolaan, implementasi dan evaluasi baik proses-proses maupun sumber-sumber belajar.
- Yang dimaksud dengan teknologi dalam teknologi pendidikan adalah teknologi dalam arti luas, bukan hanya teknologi fisik (hardtech), tapi juga teknologi lunak (softtech)
- TP adalah proses kompleks yang terintegrasi meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana dan organisasi untuk menganalisis masalah dan merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam segala aspek belajar manusia
Peran Teknologi Pendidikan
dalam Rangka Perluasan Akses, Peningkatan Mutu, dan Relevansi Pendidikan.
1. Jardiknas
1. Jardiknas
Jardiknas adalah jaringan wide area
network (WAN) yang menghubungkan antara kantor Depdiknas Pusat dengan Kantor
Dinas Pendidikan Propinsi/ Kabupaten/Kota dan institusi pendidikan lainnya
secara nasional.
Sejak tahun 2006 telah telah
dibangun jaringan ke 33 kantor Dinas Pendidikan Propinsi, 390
kantor Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, 3 unit Depdiknas Pusat, 2 P4TK, 5
BPPLSP, 1 LPMP, 272 Kota Kabupaten/Kota dan 3500 sekolah (schoolNet).
Kesemuanya itu telah terhubung secara intranet dengan Jardiknas
Hingga 2008, telah tersambung 866
zona kantor dinas pendidikan (OfficeNet) dan 15.000 node di zona sekolah
(SchoolNet), 319 zona perguruan tinggi (Inherent) yang terdiri dari 83 node
perguruan tinggi negeri, 200 node perguruan tinggi swasta, dan 36 node Unit
Pendidikan Belajar Jarak Jauh
Universitas Terbuka yang secara keseluruhan melayani sekitar 60 persen populasi
mahasiswa.
Pada 2009 Jardiknas diharapkan menjangkau 363 node di zona perguruan tinggi, 17.500 node di zone sekolah, dan 6.000 node di zona personal (StudentNet), dan 6.000 node zona personal/guru (TeacherNet). Saat ini juga telah terdapat 4.413 lab komputer (44,6 persen) dari 9.897 SMA, 4.760 lab (70 persen) dari 6.800 SMK, dan 7.643 lab (31 persen) dari 24.686 SMP. Diperkirakan, pada 2009 jumlah komputer yang terhubung di Jardiknas akan mencapai lebih dari 1,57 juta unit.
Pada 2009 Jardiknas diharapkan menjangkau 363 node di zona perguruan tinggi, 17.500 node di zone sekolah, dan 6.000 node di zona personal (StudentNet), dan 6.000 node zona personal/guru (TeacherNet). Saat ini juga telah terdapat 4.413 lab komputer (44,6 persen) dari 9.897 SMA, 4.760 lab (70 persen) dari 6.800 SMK, dan 7.643 lab (31 persen) dari 24.686 SMP. Diperkirakan, pada 2009 jumlah komputer yang terhubung di Jardiknas akan mencapai lebih dari 1,57 juta unit.
Bersamaan dengan masuknya TIK ke
dalam kurikulum pendidikan, berlangsung pula fase kedua, yakni penyediaan
sumber daya komputansi. Fase penyiapan sumber daya manusia dimulai pada tahun
2006, setahun kemudian diselenggarakan pelatihan pemanfaatan Jardiknas untuk
kepala sekolah, guru, tata usaha, dan pustakawan yang diikuti 38 ribu peserta
dan menjangkau 216 kabupaten/kota, melalui pelatihan berjenjang. Dengan
begitu, dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi, sebagian besar guru di
Indonesia telah melek ICT.
Selanjutnya, fase mobilisasi
pengembangan konten merupakan gerakan penting setelah infrastruktur dan SDM.
Dengan kapasitas bandwith 3,9 Gbps dan total kapasitas penyimpanan data pusat
15 terabyte, pada tahun 2009 Jardiknas diharapkan akan mampu menampung 2 juta
modul dalam bentuk teks dan grafik berukuran 5-50 MB per modul, atau 50 ribu
modul dalam bentuk video berdurasi 30 menit.
Fase kolaborasi konten, merupakan
konsekuen logis ketika Jardiknas telah menjadi jaringan sumber belajar terbesar
di Indonesia. Saat ini Depdiknas sedang mengembangkan e-book, dengan membeli
copyright buku pelajaran dan akan di-upload ke Jardiknas, sehingga dapat
didownload dan disebarluaskan secara bebas. Hingga saat ini telah tersedia 407
judul buku pelajaran SD, SMP, SMA dan SMK, Kamus Besar Bahasa Indonesia dan
Thesaurus, 6 buku TIK untuk SMA hibah dari Kementrian Ristek, 13 Buku Mulok
tentang Pesisir dan Kelautan dari LIPI (dalam proses). Ada 85.614.301 hit/akses,
622.243 number of visit, 320.876 Unique Visitors, dan 30.268.835 Pages View.
Selain itu Pustekkom juga
mengambangan konten pembelajaran dalam portal e-dukasi.net. E-dukasi.net
merupakan bentuk layanan pembelajaran yang bersifat on line kepada siswa.
E-dukasi.net adalah portal pendidikan yang dikembangkan oleh Pustekkom yang
berfungsi sebagai (1) wadah sumber belajar, (2)wahana komunikasi lintas
sekolah, dan (3) wahana berbagi informasi antar sekolah di Indonesia.
Feature e-dukasi.net berupa bahan
belajar (materi pokok, modul on line, pengetahuan populer, bank soal, dan uji
kompetensi), komunitas ( forum diskusi, chatting dan Millis), Info (Berita,
artikel, event, profil sekolah) dan feature lainnya (FAQ, Mesin Pencari, kontak
kami, polling, dll).
2. Televisi Edukasi (TVE).
Sejak 12 Oktober 2004,
Departemen Pendidikan Nasional telah meluncurkan TV Edukasi yang mengkhususkan
diri pada siaran pendidikan. Hadirnya TV Edukasi salah satunya didasari atas
keprihatinan terhadap materi siaran yang ditayangkan oleh beberapa
Televisi yang ada saat ini, yang
banyak menyajikan adegan kekerasan dan pesan-pesan yang kurang mendidik. Karena
itu Televisi Edukasi diharapkan mampu menyampaikan pesan-pesan pembelajaran
secara lebih baik.
Untuk sasaran siswa Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan
televisi edukasi telah menyiarkan program-program untuk mata pelajaran Bahasa
Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, Pengetahuan Sosial, Sain, dan
Ketrampilan. Selain itu juga disiarkan materi-materi untuk pendidikan Informal,
non Formal dan materi-materi tentang kebijakan yang terkait dengan bidang
pendidikan. Hingga tahun 2007 TVE telah melakukan siaran selama 24 jam melalui
satu saluran. Pada tahun 2008 ditambah 1 saluran khusus untuk guru.
Untuk kepentingan ini Depdiknas
telah melengkapi peralatan ke 5000 SD, 35.198 SMP yang tersebar di 33 Propinsi.
Masing-masing berupa: 1 unit antena parabola, 2 buah pesawat TV monitor 29” dan
1 buah DVD player dan 1 set material kit. Untuk sekolah yang belum ada jaringan
listriknya dibantu dengan sebuah generator. Untuk pengembangan materi siaran
TVE, hingga tahun 2004 telah dihasilkan sebanyak 500 modul, tahun 2005 sebanyak
949 modul, tahun 2006 sebanyak 1500 modul dan tahun 2007 sebanyak 5.163 modul.
Dalam menyiarkan program-programnya
TVE telah bekerjasama dengan 1 stasiun TV nasional, 53 stasiun TV lokal dan 12
stasiun TV kabel. Saat ini siaran TVE telah menjangkau ke 9,7 juta siswa,
34.322 unit sekolah dan 773.333 guru.
3. Distance Learning.
Perkembangan pendidikan jarak jauh bergerak seiring perkembangan teknologi informasi itu sendiri. Perkembangan pendidikan jarak jauh digambarkan bergerak dari model korespondensi – ke model multimedia ke model belajar tele/jarak jauh (telelearning) – ke model belajar fleksibel – sampai ke model belajar fleksibel berintegrasi. Lebih jauh dikatakan bahwa implementasi teknologi pada generasi kelima tidak saja mampu menghemat biaya dan mentransfer pendidikan jarak jauh tetapi juga mentransfer pengalaman para mahasiswa yang belajar di kampus.
3. Distance Learning.
Perkembangan pendidikan jarak jauh bergerak seiring perkembangan teknologi informasi itu sendiri. Perkembangan pendidikan jarak jauh digambarkan bergerak dari model korespondensi – ke model multimedia ke model belajar tele/jarak jauh (telelearning) – ke model belajar fleksibel – sampai ke model belajar fleksibel berintegrasi. Lebih jauh dikatakan bahwa implementasi teknologi pada generasi kelima tidak saja mampu menghemat biaya dan mentransfer pendidikan jarak jauh tetapi juga mentransfer pengalaman para mahasiswa yang belajar di kampus.
Pada generasi pertama, tutorial
jarak jauh dimulai dari model koresponden yang mengandalkan bahan ajar cetak,
baik dalam bentuk materi pokok maupun berbagai panduan/pedoman yang dapat
mengarahkan mahasiswa dalam proses belajarnya. Komunikasi antara pendidik dan
peserta didik dilakukan melalui surat menyurat, mahasiswa bisa bertanya melalui
surat.
Dengan kemajuan teknologi, PJJ
generasi kedua melengkapi bahan ajar cetak dengan multimedia, seperti kaset
audio, video. Pembelajaran Berbantuan Komputer (PBK), serta video interaktif.
Melalui cara ini, peserta didik dapat mendengar suara pendidik atau melihat
wajahnya, namun tidak dapat berkomunikasi langsung. Mereka dapat memanfaatkan
multimedia tersebut sesuai dengan waktu, tempat, dan kecepatan yang mereka
inginkan.
Seiring dengan pesatnya perkembangan
teknologi, generasi ketiga PJJ mulai dengan “model belajar tele”, yang
memungkinkan mahasiswa dengan peserta didik berdialog, bahkan bertatap muka
secara jauh. Melalui konferensi teleaudio, para mahasiswa dapat berdiskusi
secara jarak jauh baik dengan teman maupun dengan pendidiknya; sedangkan
melalui konferensi video, mereka dapat bertatap muka secara jarak jauh. Selain
itu, ke dalam generasi ketiga ini juga termasuk siaran TV dan radio. Namun
perlu diingat bahwa semua teknologi ini tidak mempunyai fleksibelitas dari segi
waktu, tempat, dan kecepatan. Untuk mengikuti konferensi teleaudio dan
konferensi video, para peserta harus berada di tempat tertentu pada waktu yang
telah ditetapkan. Sementara itu, untuk mengikuti siaran TV dan radio, peserta
harus siap pada waktu tertentu dan tempat-tempat yang memang dapat menangkap
siaran TV dan radio tersebut.
Selanjutnya, PJJ generasi keempat
mulai memanfaatkan akses berbasis internet terhadap sumber www, serta
komunikasi bermediasi komputer. Dengan cara ini, peserta didik dapat mengakses
berbagai tutorial (bahan ajar dan informasi lain) dari berbagai tempat sesuai
dengan waktu yang mereka inginkan.
Akhirnya PJJ generasi kelima, di samping
memanfaatkan ketiga fasilitas pada generasi keempat, dilengkapi dengan
komunikasi bermediasi komputer, menggunakan sistem balikan otomatis, serta
akses portal kampus terhadap proses dan sumber lembaga (Taylor, 2003). Dengan
demikian, pada saat ini, PJJ dapat memanfaatkan tutorial jarak jauh, mulai dari
yang tercetak melalui koresponden, sampai yang dilengkapi dengan akses portal
kampus terhadap proses dan sumber lembaga.
Implementasi Distance Learning yang
dikembangkan oleh Pustekkom antara lain Diklat Guru dengan sistem jarak
jauh yang telah dilaksanakan sejak tahun 1950 antara lain melalui siaran
radio pendidikan untuk guru. Program SMP Terbuka dimulai sejak tahun 1979 yang
saat ini berjumlah 2600 sekolah. UT dimulai tahun 1984 yang sekarang memiliki
360.000 mahasiswa. PJJ yang dikembangkan melalui konsorsium dan dual mode
system yang dikembangkan di 23 Perguruan Tinggi, yang dimulai tahun 2006.
Selain itu terdapat pula model
diklat jarak jauh untuk guru bahasa Inggris di Sekolah Dasar. Penyelenggaraan
Diklat Guru Bahasa Inggris dilakukan melaui kerjasana dengan P4TK Bahasa,
Dit. Pembinaan Diklat dan 20 LPMP, Dinas Pendidikan Kabupaten Kota,
dan Dinas Pendidikan Propinsi. Melalui kegiatan ini telah dihasilkan 68
modul cetak dan 54 audio Diklat Guru Bahasa Inggris untuk jenjang dasar dan
lanjut dan 20 Video, dan 21 modul on line. Selain itu telah dihasilkan
pula seperangkat alat tes (speaking, listening, reading dan grammar) yang telah
digunakan untuk untuk Evaluasi hasil belajar pada jenjang dasar. Hinggi
saat ini tercatat 192 orang yang telah lulus untuk Jejang Dasar dan
sedang mengikuti Jenjang Lanjut, dan 400 orang sedang mengikuti jenjang dasar
dan jenjang menegah.
4. Pusat Sumber Belajar Berbasis TIK
4. Pusat Sumber Belajar Berbasis TIK
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, khususnya teknologi komunikasi dan informasi yang semakin pesat akan
dapat berpengaruh besar terhadap kegiatan pembelajaran baik di sekolah maupun
pendidikan luar sekolah. Sekolah seharusnya merupakan suatu pusat
belajar bagi para siswa dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang
ada. Pentingnya sumber belajar dalam kegiatan belajar tak bisa kita pungkiri
lagi. Akan tetapi, sumber-sumber belajar yang ada di sekolah
selama ini, umumnya belum dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal. Padahal,
berbagai sumber belajar tersebut hanya akan berdaya guna jika sudah dikelola
dan difungsikan secara maksimal dan terorganisir. Dengan memperhatikan
hal tersebut, maka sekolah sudah saatnya mengoptimalkan pengelolaan berbagai
sumber belajar secara sistematis dan melembaga dalam bentuk Pusat Sumber
Belajar (PSB) atau Learning Resources Centre (LRC). Untuk saat ini, model
PSB-pun perlu didesain dan disesuaikan dengan kebutuhan pendidikan dan
perkembangan teknologi.
Secara umum pengembangan PSB
dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan
pembelajaran melalui pemanfataan berbagai sumber belajar secara maksimal dan
melembaga. Secara khusus, pengembangan PSB berbasis TIK di sekolah
bertujuan untuk:
- memperluas dan meningkatkan kesempatan belajar siswa dan guru;
- melayani kebutuhan perkembangan informasi bagi masyarakat belajar;
- mengembangkan kreativitas dan produktivitas tenaga pendidik dan kependidikan;
- meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran, baik secara individu maupun kelompok;
- menyediakan berbagai macam pilihan komunikasi untuk menunjang kegiatan kelas tradisional;
- mendorong terciptanya cara-cara belajar baru yang paling efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran;
- memberikan pelayanan dalam perencanaan, produksi, operasional, dan tindakan lanjutan untuk pengembangan system dan bahan pembelajaran;
- meningkatkan kemampuan bagi para guru mengenai pengembangan sistem pembelajaran dan pemanfaatan TIK untuk pembelajaran;
- menyebarkan berbagai informasi pendidikan yang penting, aktual dan akurat guna mempercepat kemajuan pendidikan.
- membantu dalam pemilihan dan pengadaan dan perawatan bahan-bahan media dan peralatannya;
Secara umum, Pusat Sumber Belajar
(PSB) / Learning Resource Center (LRC) merupakan suatu unit khusus dalam suatu
lembaga pendidikan yang berfungsi untuk melayani warga peserta didik dalam hal
pengadaan, pengembangan, produksi, perawatan dan pemanfaatan berbagai macam
sumber belajar sehingga kegiatan berajar lebih efektif dan efisien. Model dan
bentuk PSB mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Bisa dikatakan bahwa
perpustakaan cetak merupakan model awal (embirio) dari sebuah PSB. Dari model
PSB sederhana berupa perpustakaan cetak tersebut kemudian berkembang menjadi
bentuk PSB yang lebih modern perpustakaan yang dilengkapi dengan bahan
belajar audio visual, perpustakaan elektonik (e-library), hingga perpustakaan
digital yang memanfaatkan TIK. Pusat Sumber belajar yang memanfaatkan TIK
itulah yang dimaksud PSB berbasis TIK di sini. Selain
secara fisik memiliki sarana prasana dan bahan belajar riil, PSB berbasis TIK
ini juga mengelola aneka sumber belajar virtual yang jumlah dan jenisnya jauh
lebih beragam. Dengan memanfaatkan jaringan internet, maka sumber belajar
yang dapat diakses dari PSB berbasis TIK menjadi relative tak terbatas.
Secara fisik, PSB berbasis TIK
mungkin tak jauh beda dengan perpustakaan atau PSB genarasi sebelumnya. Hal
yang membedakan adalah fungsi-fungsi, layanan dan keleluasaan akses user
terhadap PSB tersebut. Fungsi, layanan, sarana prasarana, ketenagaan dan jenis
sumber belajar yang disediakan PSB berbasis TIK ini sangat beragam, disesuaikan
denngan kebutuhan dan kemampuan lembega atau penggunanya. Jadi, yang lebih
diutamakan adalah fungsi-fungsi layanan yang diperlukan user telah berjalan,
bukan modelnya secara fisik.
Pusat Sumber Belajar (PSB) berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) / Instructional Center Technology
(ICT) based Learning Resource Center (LRC) merupakan wahana yang memberikan
fasilitas atau kemudahan proses belajar pada pengguna (guru dan
siswa), untuk suatu unit dalam suatu lembaga (khususnya sekolah) yang
berperan mendorong efektifitas serta optimalisasi proses pembelajaran melalui
penyelenggaraan berbagai fungsi yang meliputi fungsi layanan pembelajaran.
PSB berbasis TIK menyediakan
layanan antara lain berupa:
Informasi tentang berbagai kebijakan, program dan kegiatan di bidang peningkatan mutu pendidikan
substansi berupa: bahan ajar, bahan ujian, info aktual, artikel, dan lain-lain yang berkaitan dengan pembelajaran.
Ide-ide untuk meningkatkan kemampuan guru dalam pengembangan bahan ajar
inovasi pembelajaran seluruh mata pelajaran
Informasi tentang berbagai kebijakan, program dan kegiatan di bidang peningkatan mutu pendidikan
substansi berupa: bahan ajar, bahan ujian, info aktual, artikel, dan lain-lain yang berkaitan dengan pembelajaran.
Ide-ide untuk meningkatkan kemampuan guru dalam pengembangan bahan ajar
inovasi pembelajaran seluruh mata pelajaran
Muatan aplikasi Pusat Sumber
Belajar TIK antara lain:
- Chatting : room diskusi umum secara real time yang dapat melibatkan user untuk berbagai macam matapelajaran.
- Forum diskusi (umum) : room yang berisi diskusi antar user baik secara real time /sinkronus maupun asinkronus. Ini cocok untuk membahsa materi yang sifatnya agak umum.
- Forum konsultasi (per topik mata pelajaran) : room yang berisi diskusi para guru secara sinkronus maupun asinkronus tentang topik tertentu pada mata pelajaran mata pelajaran tetentu.
- Artikel room : room yang berisi artikel-artikel yang telah upload baik oleh pengelola maupun user.
- Search : pencarian topik dan file yang diperlukan sesuai kebutuhan user dan dapat dicari di dalam atau di luar web PSB.
- Data storage : memuat attachment file dari berbagai macam data pendukung yang di attach oleh user maupun moderator per mata pelajaran
Tambahan
Pendidikan telah memasuki era baru,
termasuk di Indonesia. Suatu upaya mengubah paradigma pendidikan di Indonesia
tengah bergulir. Salah satu faktor yang akan menjadi sarana penggerak perubahan
adalah teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Berbeda dengan paradigma lama
yang memandang peserta didik sebagai objek, maka dengan paradigma baru
siswa dan guru sama-sama bertindak sebagai subjek.
Pembelajaran menggunakan TIK, menjadikan sumber ilmu pengetahuan menjadi
tidak terbatas.
Teknologi Pendidikan/ pembelajaran
sebagai sebuah disiplin/bidang (field of study), yang memiliki tujuan
utama (1) untuk memecahkan masalah belajar atau memfasilitasi
pembelajaran; dan (2) untuk meningkatkan kinerja dan mutu pendidikan, perlu
terus dikembangkan mengikuti perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Dengan demikian teknologi pendidikan tetap dapat diaplikasikan guna
memecahkan masalah pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar